Jumat, 18 November 2011

INTAKE MAINFOLD

Lagi ngetrend, karbu motor jenis sport 2 tak diaplikasi di bebek 4 tak. Praktisnya, intake manifold juga ikutan diganti dan pakai sambungan joint karbu, lantaran karbu menganut model sok. Tapi awas, jangan sampai kejebak salah pilih model intake manifold.
Di pasaran variasi, ada yang murni dipakai balap dan harian. Bagaimana memilih intake manifold yang ideal buat karbu dengan sistem pemasangan model sok, untuk harian dan konsumsi balap ?.

Pedoman awal bisa ditinjau dari dimensi atau tinggi intake manifold. Buat konsumsi harian atau jangkauan buat touring, idealnya memakai intake manifold dengan dimensi lebih tinggi berbahan diral campuran almu dan dilengkapi dengan karet joint karbu.

Tinggi intake manifold dimaksudkan, agar campuran gas segar tak terlalu pekat untuk mengikuti proses pembakaran. Selain itu juga menghindari timbulnya asap hitam efek terlalu boros. Perhatikan juga bagian vital penampang leher angsa terutama bagian titik dudukan bautnya.

Pastikan bidangnya lebih lebar, agar kerapatan joint karbu lebih terjamin dan tak mudah bocor saat mengalami pemuaian. Dan ingat, intake manifold yang dipakai harian ini, usahakan untuk spare karet joint karbunya, memiliki persamaan desain dengan motor sport yang beredar di Indonesia. Misalnya mirip dengan joint karbu Suzuki TS-125 atau TRS. Agar ketika mengalami retak atau pecah mudah dalam penggantiannya. 

Ada lagi intake manifold berbahan karet olahan Teflon, idealnya hanya bisa dipakai harian. Kelebihannya intake manifold jenis ini mudah menyiasati untuk menghindari percikan air hujan, sebab untuk menyiasatinya cukup diputar membelakangi arah tekanan angina dengan mengendorkan baut klem.    

Sedang untuk kebutuhan balap, intake manifold dapat dipilih dengan kontur sependek mungkin. Toh disini unsur terlalu pekat nya gas segar, tak menjadi problem. Dan penekanannya justru lebih ke hasil seting karbu. Lebih singkat nya jarak tempuh gas segar atau makin pendek nya intake manifold, lebih jadi pilihan tuner. 

CDI

Bisa disimpulkan sebagai salah satu bagian penting untuk operasional mesin, CDI (Capacitor Discharge Ignition) merupakan suatu unit pengatur proses pengapian elektrik untuk mesin motor. Satu unitnya dilengkapi rangkaian kapasitor, dioda dan SCR (Silicon Controlled Switch). Dengan didukung suatu unit sensor waktu pengapian berupa pick up coil atau pulser yang terpasang di dekat magnet, sensor dikirim menuju CDI secara otomatis tanpa harus melakukan proses penyetelan.
Pada prakteknya, penanganan yang tidak tepat pada CDI akan berujung fatal, artinya CDI akan berumur singkat. So banyak hal yang harus diperhatikan agar perangkat elektronik ini akan awet pakai. Yang harus diperhatikan agar CDI berumur panjang antara lain :

SESUAIKAN JENIS CDI
Di pasaran terdapat dua jenis CDI,  yaitu AC dan DC. Jangan sekali-kali salah pilih. Hati-hati dalam pemilihannya dan jangan asal comot. Karena keduanya memiliki karakter berbeda. Begitu juga dengan pick up coil, jangan salah memilihnya dengan memperhatikan sinyal serta panjang tonjolan sensornya.

POSISI PEMASANGAN
Tidak boleh asal pasang, posisi penempatan CDI harus diperhatikan dengan cermat. Ada dua hal penting, pertama yakni hindari pemasangan di area dekat mesin. Saat mesin beroperasi, tentu saja area mesin akan menebar suhu panas. Jika terus menerus dikenai panas, rangkaian elektrik dalam CDI akan mudah terganggu. Hal penting kedua, jauhkan CDI dari area yang mudah terkena air. Seperti kita tahu, cairan baik itu berupa air ataupun embun merupakan piranti konduktor alias penghantar listrik. Jika rangkaian kabel CDI terendam air, tentunya antar bagian kabel akan mudah terkoneksi sehingga riskan terjadi konsleting. So alangkah lebih bijak jika soket kabel CDI tetap dilindungi dengan sekat karet. Selain mampu menjaga kabel dari cairan, tentunya juga akan menjaga kabel dari kotoran yang bisa saja menganggu koneksitas rangkaian kabel CDI.

PENENTUAN JALUR PEMASANGAN
Setiap CDI akan dilengkapi beberapa jalur input serta output yang berbeda baik itu dilengkapi 4 atau 5 kaki. Yang harus diperhatikan, setiap kaki tersebut sudah ada jalurnya. Salah pemasangan bisa berujung fatal yakni terjadinya konsleting. Karenanya cermatilah jalur pemasangan kaki-kakinya untuk menghindari konsleting. Karenanya setiap unit CDI dilengkapi dengan soket kabel koneksi CDI yang akan menghindarkan salah jalur pemasangan.

MAKSIMALISASI KONEKSITAS
Salah satu sebab yang sering merusak CDI adalah koneksitas yang tidak sempurna. Hal ini bisa membuat arus CDI akan mudah tersambung tapi juga mudah terputus. Hal ini banyak disebabkan oleh konektor kabel (skun) yang longgar. So, sebaiknya selalu lakukan pemeriksaan kerapatan skun mengait kutub-kutub CDI. Bila perlum ganti skun dengan skun yang berkwalitas.

JANGAN PERKECIL DIAMETER KABEL
Trend modif Racing Look memang membumi, salah satu syarat wajibnya mesti tampil resik. Yang  sering terjadi, untuk menyederhanakan instalasi kabel kelistrikan, banyak yang lantas mengganti kabel instalasi listrik dengan kabel berdiameter kecil termasuk juga untuk kabel CDI. Hal ini jelas sangat tidak disarankan karena semakin kecil diameter penampang kabel, maka akan semakin berkurang arus yang masuk ke CDI akibat hambatan arus yang semakin besar. Selain suhu kabel mudah panas, CDI juga mudah rusak karena terjadi konsleting

Awalnya ingin mengubah sosok matik lebih macho.  ini bingung nentukan tema yang pas buat besutannya. Akhirnya disambanginya gerai MBX Puskesmot yang piawai modifikasi motor berstandart kontes.
Balutan bodi khas racing look nampak unik setelah dibalut warna orange yang dihasilkan dari cat Titanlux yang dibalut pernis Blinken. Sentuhan grafis tribal nampak kuat setelah memadukan warna pink, kuning, putih, hitam dan motif karbon.

”Untuk motif butuh waktu 2 minggu agar aura racing benar-benar muncul,” ujar punggawa MBX Puskesmot.  Bodi yang ikutan berwarna oranye nampak selaras setelah sasisnya dikonsep model coak dengan menggunakan mata bor.

Biar indah beberapa bagiannya dilubangi motif segitiga. ”Untuk motif segitiga ini kupercayakan pada tukang las,”Biar indah maka coakan tersebut disentuh grafis yang membuat sosok Mio ini khas racing look.

Kaki-kaki nampak elegan setelah mendesain kontruksi jeruji. ”Pelek kupake Ride It sedang jeruji kumodel kipas dengan jumlah 36 jeruji,” Pendukung modifikasi nampak matching setelah selongsong sok depan Oxigen dan belakang YSS. Tak lupa paduan akrilik ikutan tertata rapi agar terlindung dari tangan jahil. 

SPEK MODIF
PELEK : Ride It, BAN : Swallow, SOK DPN : Oxigen, SOK BLKG : YSS, TROMOL DPN : Trusty, TROMOL BLKG : Ninja, DISC BRAKE : Brembo, KNALPOT : AHRS, CAT : Titanlux, VERNIS : Blinken,

Jupiter Z


Modifikator Sugianto, singkat dan akrab dipanggil Sugi ingin mengibarkan bendera Giants Motor asal Adipala, Cilacap. Dalam hal ini, mematok serius pada dunia modify dan berupaya tampil pada kontes-kontes terdekat.
“Kebetulan racing-look lagi ramai, maka saya ikut menggarap juga di samping tetap menggarap yang lainnya. Basic motor dari Jupiter Z dan mengacu pada pacuan dragbike,“ ujar Sugi saat ambil bagian dalam kontes Djarum Black Purwokerto beberapa waktu lalu. So, detail-detail yang menonjolkan kudabesi balap dipastikan mengemuka.

Mulai penggunaan bodykit yang didesain lebih simpel dan ramping. Demikian memang menjadi ciri kreto drag untuk mengurangi hambatan angin hingga terlihat lebih sangar. Secara umum dilakukan transfer body namun dicustom ulang. Mulai sisi depan yang pede dengan kepunyaan Mio, selanjutnya kedok depan milik Vega New yang dibuat lebih merunduk.

“Untuk bagian buritan masih asli yang sudah diboling-bolongin,“ terang Sugi yang juga memainkan kombinasi warna ngejreng dalam nuansa airbruh beraroma grafis. Pada sisi lain, penonjolan image racing-look dihadirkan dengan berbagai penggunaan part racing. Macam CDI programmable, knalpot free-flow, ban tipe slick, karburator gede dan setang custom. Mudah-mudahan kedepan makin gahar ya. | ogy/punk

SPEK MODIF
SOK DEPAN : Combis, SOK BELAKANG : Ride It, BAN DEPAN : Mizzle 50/90-17, BAN BELAKANG : Swallow  60/90-17,  VELG : DBS, KALIPER DEPAN : Brembo, DISC : Ride it, HANDLE : Ride It, TROMOL : Custom, KARBURATOR : RX King, SETANG : Custom, CDI : BRT, KNALPOT : HRP,

MENGATASI ENGINE STOP NGADAT

Sama seperti beberapa motor sport lain, mematikan mesin pada Yamaha Scorpio tidak perlu memutar kunci kontak ke posisi off.  Tapi cukup memanfaatkan tombol fitur engine stop (ES) mesin motor akan mati.
Cuma, akibat keseringan dipakai, tapi minim perawatan, kerap kali membuat piranti tersebut rusak atau bermasalah. Biasanya yang sering terjadi adanya kerusakan pada bagian kabel-kabelnya. Tinggal kita urut lagi dan bisa kita kerjakan sendiri.

Langsung saja bongkar pusat permasalahannya, ES yang ada di setang. Setelah semua terlepas dari pegangannya, langsung kita buka piranti tersebut sampai terbelah dua. Pertama, cek rumah ES apakah ada yang ganjal semisal karatan atau ada mekanisme yang rusak. bila tidak kita tinggal bersihkan.

Usai cek mekanisme ES yang dirasa tidak ada kerusakan. Lanjut buka batok lampu kita urut kabel dari ES-nya sampai ditemukan (Gb. 1). Kalau sudah, gunakan avometer cermati jarum penunjuknya, apakah bergerak menandakan ada tegangan atau malah diam saja indikasi tidak ada arus. Bila tidak ada, berarti masalah sudah ditemukan. Tinggal kita coba perbaiki.(Gb. 2)

Langsung potong kabel bermasalah itu Berikutnya, kita sobek permukaan kabel sampai bertemu serat di dalamanya. Jika sudah, kita tinggal sambung lagi atau bisa juga keseluruhan kabel ES diganti jika masih ada keraguan.(Gb. 3) Terakhir, kita coba pengetesan pada ES. Jika sudah berfungsi normal, baru kita lakukan pemasangan kembali.

JADWAL

malang : gor ken-arok,jam 3 sore s/d maghrib !
EVERYDAY

MAJUKAN BALAPAN MALANG !!